Harry Styles - Harry Styles
Harry
Styles.
Siapa yang tak kenal dengan nama ini? Terutama mungkin para millennials
penikmat musik masa kini. Tidak bisa dinafikan jika nama Styles awalnya besar
bersama boyband jebolan acara pencarian bakat. Namun kharismanya begitu
mencorong hingga perlahan tapi pasti ia pun menjadi sosok yang mampu berdiri
sendiri, lepas dari bayang-bayang grupnya tadi.
Tidak
heran jika ia kemudian meluncurkan proyek solonya sendiri yang ditandai dengan
perilisan album debutnya, yang cukup diberi judul dengan namanya sendiri, “Harry
Styles“. Pemilihan judul yang terkesan jika Styles cukup percaya diri
dengan dirinya, tanpa harus dilekatkan dengan One Direction.
Styles
memang layak untuk merasa percaya diri. Ia tidak hanya rupawan, namun juga
memiliki vokal bagus serta piawai menulis lagu pula. Sebuah paket yang cukup
lengkap untuk menjadi seorang solois terkemuka. Dan jika ia kemudian memilih
untuk meminjam kosa kata musik rock era 70-an atau 80-an sebagai andalan proyek
solonya, pun bukan hal yang aneh, karena bagaimanapun selama ini Styles telah
membangun persona rocker di beberapa tahun terakhir.
Percayalah,
mendengarkan “Harry Styles” kita tidak akan seperti mendengar sebuah album
milik penyanyi jebolan boyband. Ada sesuatu yang oldskul, oldsoul, atau retro
dalam lagu-lagu yang diusung Styles di dalamnya. Mendengarkan “Harry Styles”
adalah untuk mengenang era keemasan rock dengan segala kegemilangannya.
Styles
tampaknya memang memiliki referensi yang cukup luas untuk rock-retro tersebut,
sehingga album dipenuhi dengan cita-rasa musikalitasnya. Seolah-olah album
dirilis di era 70-an atau awal 80-an tadi. Pilihan Styles memang tidak pada
hardrock atau metal misalnya, namun lebih kepada rock melankolis, mengingat
album dipenuhi dengan balada, yang mengindikasikan jika Styles pada dasarnya
adalah sosok yang romantis.
Dengan
pengecualian pada track-track seperti ‘Carolina’, ‘Only Angel’, atau ‘Kiwi’
yang uptempo dan enerjik, maka saat mendengarkan “Harry Styles”, maka kita akan
mendengarkan kompilasi balada yang kadang melantun manis dan lembut, namun juga
kadang gelap dan edgy.
Gelagat
yang sudah ditunjukkan semenjak track pembuka, ‘Meet Me In The Hallway’ yang
moody dan menghantui. Tentunya single perdana yang diperkenalkan Styles untuk
albumnya, ‘Sign of the Times’, sebuah epik yang berdurasi nyaris 6 menit, di
mana ia dengan segenap dedikasi meniupkan ruh retro tadi dalam lagunya, selain
penjiwaan yang prima, tentu saja.
Simak
juga track-track seperti ‘Sweet Creature’, ‘Two Ghost’, ‘Ever Since New York’,
‘Woman’, hingga track penutup, ‘From the Dining Table’. Memang balada yang
disajikan Styles cukup variatif, sehingga tidak terdengar sama satu sama lain.
Ada yang secara total hadir melankolis, namun ada juga yang memberi imbuhan
intensitas di dalamnya.
Lagu-lagu
yang sangat menarik untuk didengar. Hanya saja agak sulit untuk menghindari
kesan “imitasi” dalam musikalitas Styles. Mendengarkan lagu-lagunya justru
mengingatkan musisi-musisi kenamaan di ranah rock, dengan lagu-lagu mereka yang
jauh lebih superior. Sebutlah seperti pengaruh Elton John dalam ‘Woman’. Dan
apakah itu ‘Blackbird’ milik The Beatles atau ‘Sweet Creature’? Mendengarkan
‘Ever Since New York’ sontak angan melayang pada U2. Atau ‘Only Angel’ pada
Rolling Stones.
Styles
sepertinya terjebak pada “penyakit” musisi dengan referensi yang (terlalu)
luas; terlalu ingin mengsimulasi referensi atau pengetahuannya tersebut pada
musiknya, namun terlupa untuk menghadirkan karakteristiknya sendiri yang khas
dan berbeda dari rangkaian referensinya tadi. Hey, The White Stripes juga mengusung
rock-retro tapi mereka tidak disanding-sandingkan dengan para musisi sebelumnya
yang juga menghadirkan corak sejenis, karena mereka mampu menghadirkan
pendekatan mereka sendiri akan genrenya.
Harus
diakui jika “Harry Styles” adalah album yang dikerjakan dengan baik. Hanya saja
ia tidak memiliki karakteristiknya sendiri yang orisinal. Ia terdengar seperti
album tribut. Styles juga terdengar terlalu berusaha keras untuk “tampil
dewasa” sehingga terkesan terlalu menggangap serius dirinya. Tentunya tidak
dilarang untuk melepaskan imej yang selama ini telah terbentuk akibat menjadi
bagian sebuah boyband. Hanya saja tanpa konsep yang lebih matang atau orisinal,
maka ia tidak lebih dari sekedar tribut, sebagaimana yang bisa disimak dalam
“Hary Styles”.
Kalau
begitu, masih ditunggu sosok Harry Styles yang sebenarnya. Mungkin di album
berikutnya?
TRACKLIST
1. “Meet Me in the Hallway” 3:47
2. “Sign of the Times” 5:40
3. “Carolina” 3:09
4. “Two Ghosts” 3:49
5. “Sweet Creature” 3:44
6. “Only Angel” 4:51
7. “Kiwi” 2:56
8. “Ever Since New York” 4:13
9. “Woman” 4:38
10. “From the Dining Table” 3:31
2. “Sign of the Times” 5:40
3. “Carolina” 3:09
4. “Two Ghosts” 3:49
5. “Sweet Creature” 3:44
6. “Only Angel” 4:51
7. “Kiwi” 2:56
8. “Ever Since New York” 4:13
9. “Woman” 4:38
10. “From the Dining Table” 3:31
Sign Of The Times Vevo
Comments
Post a Comment